Thursday, June 30, 2011

gamolan lampung





Xylophone dari provinsi Lampung Barat bagian Utara, Sumatera. Delapan lempengan bambunya secara kasar memiliki kisaran nada lebih dari satu oktaf, (Lihat Gambar 19). Lempengan-lempengan bambu tersebut di ikat secara bersambungan dengan tali rotan yang di susupkan melalui sebuah lubang yang ada disetiap lempengan dan simpul di bagian teratas lempeng. Penyangga yang tergantung bebas di atas wadah kayu memberikan resonensi ketika lempeng bambunya di pukul oleh sepasang tongkat kayu. Dua orang pemain duduk di belakang alat musik ini, salah satu dari mereka (Pemimpin, Begamol) memainkan pola-pola melodis pada enam lempeng dan orang satunya (gelitak) mengikutinya pada dua lempeng sisa nya. Lempeng-lempeng pada gamolan di stem dengan cara menyerut punggung bambu agar berbentuk cekung. Gamolan dimainkan bersama-sama dengan sepasang gong, (tala), Drum yang kedua ujungnya bisa di pukul (gindang), dan sepasang simbal kuningan (rujih). Yang cukup menarik, istilah gamelan,

Yang biasanya merujuk pada orkestra yang lengkap, mungkin pada awalnya juga mengacu pada sebuah alat musik tunggal di jawa. Istilah ini dipakai dalam syair kenegaraan suku Jawa dari abad keempatbelas yang bernama Nagara Kartagama dalam konteks yang menyiratkan bahwa pada zaman itu terdapat sebuah alat musik tunggal yang memiliki lempengan yang terbuat baik dari kayu maupun logam (“Krtavardhana ... mulai menjadi seorang pemula dalam memainkan gamelan ...” liaht Kunst 1949: 112). Jadi, Alat musik lampung ini boleh jadi merupakan salah satu alatmusik yang bertahan hidup dari penyebaran alat musik berlempeng yang berasal dari priode Hindu yang di sebut ‘gamelan’.1

Gamolan diperkirakan telah ada di sekitar pada abad ke-4 Masehi dan mengalami puncak perkembangannya pada abad ke-5 Masehi. Sebab pada abad ke-5 Masehi di Lampung telah ada kerajaan kendali bercorak China dan beragama Budha yang ketika itu juga sedantg mengalami puncak kejayaan (W. P Groenevelt, Paul Michel Munos, Richard DIck-Read), juga kerajaan sekala Brak kuno yang bercorak india baragama Hindu. Diberitakan bahwa xylofon malah dieksport dari Asia Tenggara Ke Afrika pada Abad ke-5 Masehi . (Karl Edmund Prier sj, Sejarah Musik, 2008). Di samping itu juga jika relief instrumeent musik di candi Borobudur pada abad ke-8 M terpahat di batu maka instrument musik yang terbuat dari kayu atau bambu telah ada pada abad sebelumnya. (Bram Palgunadi, Serat Kanda Karawitan Jawa, 2002).

Gamolan diperkirakan berasal dari kata begamol, kata begamol dalam bahasa lampung sama dengan kata begumul dalam bahasa melayu yang artinya “berkumpul”. Maksudnya bahwa gamolan diciptakan pada awalnya bukan dalam bentuk seperti yang sekarang ini, melainkan dulu pertama-tama dibuat gamolan hanya satu buah nada.

Penduduk yang tinggal di kebun-kebun dan dilereng gunung tersebut telah mempunyai sumber bunyi yang terbuat dari kayu atau bambu. Sumber bunyi tersebut pada awalnya hanya merupakan alat yang berfungsi untuk sebagai simbol antara lain : pemberitahuan bahwa ada rumah penduduk di kebun seberang, pengumuman – pengumuman, memanggil tetangga, meminta pertolongan, untuk pemberitahuan dalam keadaan darurat ada irama khusus untuk ini, umpamanya kebakaran dan sebagainya. Untuk pemberitahuan bahwa di kampung tersebut ada yang meninggal dunia, juga ada irama khusus, dan lain-lain.

Bunyi yang satu nada dari masing-masing rumah penduduk tersebut sering mereka pergunakan, karena seringnya alat tersebut mereka pakai untuk mengumpulkan penduduk yang ada di gunung-gunung maka terbangun dengan sendirinya istilah begamol yang berarti “berkumpul”. Kemudian hari begamol menjadi gamolan hingga saat ini.

dikutip dari makalah GAMOLAN oleh Hasyimkan

No comments:

Post a Comment